BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sungguh besar keagungan Allah swt yang
telah menciptakan alam semesta ini
beserta isi dan rahasia-rahasia yang ada didalamya. Alam semesta ini diciptakan
beserta segala isinya terdapat banyak manfaat dan kerugiannya.
Di
dalam kehidupan ini, terdapat banyak penomena-penomena yang terjadi. Oleh
karena itu penulis menoba untuk meneliti bagaimanakah pengaruh yang ditimbulkan
oleh termodinamika terhadap besi.
Termodinamika dapat
didefinisikan sebagai bagian Ilmu Kimia / Fisika yang mempelajari dinamika atau
perubahan Reaksi Kimia dengan mengamati panas / termal nya saja. Salah satu
terapan ilmu ini dalam kehidupan sehari-hari ialah reaksi kimia dalam tubuh
kita dimana produksi dari energi-energi yang dibutuhkan atau dikeluarkan untuk
semua tugas yang kita lakukan. Pembakaran dari bahan bakar seperti minyak dan
batu bara dipakai untuk pembangkit listrik. Bensin yang dibakar dalam mesin
mobil akan menghasilkan kekuatan yang menyebabkan mobil berjalan. Bila kita
mempunyai kompor gas berarti kita membakar gas metan (komponen utama dari gas
alam) yang menghasilkan panas untuk memasak. Dan melalui urutan reaksi yang
disebut metabolisme, makanan yang dimakan akan menghasilkan energi yang kita
perlukan untuk tubuh agar berfungsi.
Energi merupakan sumber esensial bagi kehidupan manusia
serta makhluk hidup lainnya. Setiap materi mengandung energi dalam bentuk
energi potensial dan energi kinetik. Kedua energi ini dinamakan Energi Internal.
Jika energi yang terkandung dalam materi berubah maka perubahan Energi
dinamakan Kalor
Kalor merupakan energi panas yang dimiliki oleh setiap zat.
Untuk mendeteksi adanya kalor dalam suatu zat yaitu dengan mengukur suhu benda
tersebut. Jika suhunya sangat tinggi maka Kalor yang dimilikinya sangat besar
sedangkan jika suhunya rendah maka Kalor yang dimilikinya sangat sedikit.
Dalam termodinamika terdapat suatu hukum
yaitu Hukum 1 Termodinamika yang di
cetuskan oleh Rudolf Julius Clausius
dari jeman pada tahun 1850. Ia menyatakan bahwa Hukum 1 Termodinamika berkaitan dengan Hukum Kekekalan energi. Hukum 1 Termodinamika yang berbunyi ” Bahwa
untuk setiap proses, apabila Kalor ditambahkan kedalam sistem dan sistem
melakukan kerja, maka akan terjadi perubahan Energi. Hukum 1 Termodinamika menyatakan adanya Konsef Kekekalan energi. Sedangkan Hukum
Kekekalan energi berbunyi ” Energi tidak dapat diciptakan dan tidak dapat
dimusnahkan tetapi dapat diubah dari satu bentuk ke bentuk lain ”. Maka dari
dasar pernyataan tersebut Penulis ingin mengetahui pengaruh yang ditimbulkan
oleh Termodinamika terhadap besi.
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan
Latar Belakang diatas, Penulis mengidentifikasi beberapa permasalahan
sebagai berikut :
1.
Bagaimana
Pengaruh Termodinamika terhadap Besi?
2.
Berapa
Kalor yang dihisap dan dilepas oleh Besi?
3.
Apakah
pada Besi terjadi Pemuaian?
1.3
Tujuan Penelitian
Adapun Tujuan dari penelitian ini yaitu :
1.
Untuk
Mengetahui Bagaimanakah Reaksi yang terjadi.
2.
Untuk
Berapa Kalor yang dihisap dan dilepas oleh Besi.
3.
Untuk
Mengetahui apakah terjadi Pemuian terhadap Besi.
1.4
Manfaat Penelitian
Adapun Manfaat dari penelitian ini yaitu :
1.
Untuk
Menambah Pengetahuan dan Wawasan.
2.
Dapat
Mengetahui Perubahan-Perubahan yang Terjadi pada Besi.
3.
Dapat
Mengetahui proses Terjadinya Pemuaian pada Besi.
1.5
Metode Penelitian
Metode Penelitian yang digunakan pada
pembuatan Karya Tulis ini adalah sebagai berikut :
1.
Metode
Eksperimen, yaitu metode penelitian yang digunakan dengan cara menguji atau
mempraktikan suatu hal untuk mendapatkan jawaban dari suatu permasalahan.
2.
Metode
Literatur, yaitu mempelajari buku-buku acuan guna mendapatkan informasi
teoritis dan relevan dengan masalah yang diteliti.
3.
Metode
Observasi, yaitu proses pengamatan dengan menggunakan mata secara langsung.
1.6
Sistematika Penulisan
Sistematika Penulisan yang digunakan pada
pembuatan Karya Tulis ini adalah sebagai
berikut :
BAB I :
PENDAHULUAN, Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat
Penelitian, Metode Penelitian, Sistematika Penulisan.
BAB II : KAJIAN TEORI, Pengertian Termodinamika, Reaksi Eksoterm dan
Reaksi endoterm, Pengertian Reaksi Eksoterm, Pengertian Reaksi Endoterm,
Pengertian Besi, Kalor, Pengertian Kalor, Konveksi, Pemuaian.
BAB III :
METODOLOGI PENELITIAN, Metode Penelitian, Metode Literatur, Metode Eksperimen, Metode Observasi, Populasi dan
Sampel, Populasi, Sampel, Instrument
Penelitian, Penggunaan Instrument
Penelitian, Langkah Kerja.
BAB IV : HASIL PENELITIAN, Tabel Pengamatan Reaksi Endoterm, Tabel Pengamatan Reaksi Eksoterm, Tabel
Pengamatan Reaksi Endoterm dengan Paku, Tabel Pengamatan Reaksi Eksoterm dengan
Paku.
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN, Kesimpulan, Saran.
BAB 11
KAJIAN TEORI
2.1
Pengertian Termodinamika
Termodinamika dapat didefinisikan
sebagai bagian ilmu kimia / fisika yang mempelajari dinamika atau perubahan
reaksi kimia dengan mengamati panas / termal nya saja. Salah satu terapan ilmu
ini dalam kehidupan sehari-hari ialah Reaksi kimia dalam tubuh kita dimana
produksi dari energi-energi yang dibutuhkan atau dikeluarkan untuk semua tugas
yang kita lakukan. Pembakaran dari bahan bakar seperti minyak dan batu bara
dipakai untuk pembangkit listrik. Bensin yang dibakar dalam mesin mobil akan
menghasilkan kekuatan yang menyebabkan mobil berjalan. Bila kita mempunyai
kompor gas berarti kita membakar gas metan (komponen utama dari gas alam) yang
menghasilkan panas untuk memasak. Dan melalui urutan reaksi yang disebut
metabolisme, makanan yang dimakan akan menghasilkan energi yang kita perlukan
untuk tubuh agar berfungsi.
Dalam
termodinamika terdapat suatu hukum yaitu Hukum
1 Termodinamika yang di cetuskan oleh Rudolf
Julius Clausius dari jeman pada tahun 1850. Ia menyatakan bahwa Hukum 1 Termodinamika berkaitan dengan Hukum Kekekalan energi. Hukum 1 termodinamika yang berbunyi ”
Bahwa untuk setiap proses, apabila kalor ditambahkan kedalam sistem dan sistem
melakukan kerja, maka akan terjadi perubahan energi.
Hukum
1 Termodinamika menyatakan adanya konsef Kekekalan Energi. Sedangkan Hukum
Kekekalan Energi berbunyi ” Energi tidak dapat diciptakan dan tidak dapat
dimusnahkan tetapi dapat diubah dari satu bentuk ke bentuk lain”.
2.2
Reaksi Eksoterm
dan Raksi Endoterm
2.2.1
Pengertian
Reaksi Eksoterm
Reaksi Eksoterm
adalah Reaksi yang pada saat berlangsung disertai dengan
pelepasan kalor atau panas. Pada Reaksi Eksoterm harga ▲H = - (negatif).
Ciri-ciri Reaksi Eksoterm yaitu
·
Reaksi yang membebaskan kalor
·
Suhu sistem > suhu lingkungan
·
Kalor berpindah dari sistem ke lingkungan
·
Disertai kenaikan suhu
·
Contoh :
C ( s ) + O2 ( g ) ──−> CO2 +
393,5 KJ
▲H = - 393,5
KJ
2.2.2
Pengertian
Reaksi Endoterm
Reaksi Endoterm adalah Reaksi yang saat
berlangsung membutuhkan panas atau kalor. Pada Reaksi Endoterm harga ▲H = + (
positif )
Ciri-ciri Reaksi Endoterm yaitu
·
Reaksi yang membutuhkan kalor
·
Suhu sistem < dari suhu lingkungan
·
Kalor berpindah dari sistem ke lingkungan
·
Disertai penurunan suhu
·
Contoh :
CO ( NH2 ) ──−> CO ( NH2 ) ( aq ) - 400 KJ
▲H = + 400 KJ
2.3 Pengertian
Besi
Besi adalah logam yang berasal dari bijih besi (tambang) yang
banyak digunakan untukkehidupan manusia sehari-hari. Dalam tabel
periodik, besi
mempunyai simbol Fe dan nomor atom 26. Besi juga mempunyai nilai ekonomis
yang tinggi.
Besi adalah logam yang paling banyak dan
paling beragam penggunaannya.Hal itu karena beberapa hal, diantaranya:
·
Kelimpahan
besi di kulit bumi cukup besar.
·
Pengolahannya
relatif mudah dan murah, dan
·
Besi
mempunyai sifat-sifat yang menguntungkan dan mudah dimodifikasi.
Salah satu kelemahan besi adalah mudah
mengalami Korosi. Korosi
menimbulkan banyak kerugian karena mengurangi umur pakai berbagai barang atau
bangunan yang menggunakan besi atau baja. Sebenarnya korosi dapat dicegah
dengan mengubah besi menjadi baja tahan karat (stainless steel), akan tetapi proses ini terlalu mahal
untuk kebanyakan penggunaan besi
Korosi besi memerlukan oksigen dan air. Berbagai jenis logam contohnya Zink dan Magnesium dapat melindungi besi dari korosi.
Cara-cara pencegahan korosi besi yang akan dibahas berikut ini didasarkan pada
dua sifat tersebut.
1.
Pengecatan. Jembatan, pagar, dan railing biasanya
dicat. Cat menghindarkan kontak dengan udara dan air. Cat yang mengandung
timbel dan zink (seng) akan lebih baik, karena keduanya melindungi besi
terhadap korosi.
2.
Pelumuran
dengan Oli atau Gemuk. Cara ini diterapkan untuk berbagai perkakas dan
mesin. Oli dan gemuk mencegah kontak dengan air.
3.
Pembalutan
dengan Plastik. Berbagai
macam barang, misalnya rak piring dan keranjang sepeda dibalut dengan plastik. Plastik
mencegah kontak dengan udara dan air.
4.
Tin Plating
(pelapisan dengan timah). Kaleng-kaleng kemasan terbuat dari besi yang
dilapisi dengan timah. Pelapisan dilakukan secara elektrolisis, yang disebut tin
plating. Timah tergolong logam yang tahan karat. Akan tetapi, lapisan timah
hanya melindungi besi selama lapisan itu utuh (tanpa cacat). Apabila lapisan
timah ada yang rusak, misalnya tergores, maka timah justru
mendorong/mempercepat korosi besi. Hal itu terjadi karena potensial reduksi
besi lebih negatif daripada timah. Oleh karena itu, besi yang dilapisi dengan
timah akan membentuk suatu sel elektrokimia dengan besi sebagai anode. Dengan
demikian, timah mendorong korosi besi. Akan tetapi hal ini justru yang
diharapkan, sehingga kaleng-kaleng bekas cepat hancur.
5.
Galvanisasi (pelapisan dengan Zink). Pipa besi, tiang
telepon dan berbagai barang lain dilapisi dengan zink. Berbeda dengan timah,
zink dapat melindungi besi dari korosi sekalipun lapisannya tidak utuh. Hal ini
terjadi karena suatu mekanisme yang disebut perlindungan katode. Oleh
karena potensial reduksi besi lebih positif daripada zink, maka besi yang
kontak dengan zink akan membentuk sel elektrokimia dengan besi sebagai katode.
Dengan demikian besi terlindungi dan zink yang mengalami oksidasi (berkarat).
Badan mobil-mobil baru pada umumnya telah digalvanisasi, sehingga tahan karat.
6.
Cromium Plating
(pelapisan dengan kromium). Besi atau baja juga dapat dilapisi
dengan kromium untuk memberi lapisan pelindung yang mengkilap, misalnya untuk
bumper mobil. Cromium plating juga dilakukan dengan elektrolisis. Sama
seperti zink, kromium dapat memberi perlindungan sekalipun lapisan kromium itu
ada yang rusak.
7.
Sacrificial
Protection
(pengorbanan anode). Magnesium adalah logam yang jauh lebih aktif (berarti
lebih mudah berkarat) daripada besi. Jika logam magnesium dikontakkan dengan
besi, maka magnesium itu akan berkarat tetapi besi tidak. Cara ini digunakan
untuk melindungi pipa baja yang ditanam dalam tanah atau badan kapal laut. Secara
periodik, batang magnesium harus diganti.
2.4 Kalor
2.4.1 Pengertian Kalor
Kalor didefinisikan sebagai energi panas yang dimiliki
oleh suatu zat. Secara umum untuk
mendeteksi adanya kalor yang dimiliki oleh suatu benda yaitu dengan mengukur
suhu benda tersebut. Jika suhunya tinggi maka kalor yang dikandung oleh benda
sangat besar, begitu juga sebaliknya jika suhunya rendah maka kalor yang
dikandung sedikit.
Dari hasil percobaan yang sering dilakukan besar kecilnya kalor yang
dibutuhkan suatu benda( zat ) bergantung pada 3 faktor yaitu:
· Massa Zat
· Jenis Zat (Kalor Jenis)
· Perubahan Suhu
Kalor dapat dibagi menjadi 2
jenis
1.
Kalor
yang digunakan untuk menaikkan suhu.
2. Kalor
yang digunakan untuk mengubah wujud (kalor laten).
Persamaan yang digunakan dalam
kalor laten ada dua macam Q = m.U dan Q = m.L. Dengan U adalah kalor uap (J/kg)
dan L adalah kalor lebur (J/kg).
Dalam pembahasan kalor ada dua kosep yang
hampir sama tetapi berbeda yaitu kapasitas kalor (H) dan kalor jenis
(c).Kapasitas kalor adalah banyaknya kalor yang diperlukan untuk menaikkan suhu
benda sebesar 1 derajat celcius.
H = Q / ( t2-t1 )
Kalor jenis adalah banyaknya kalor yang dibutuhkan untuk menaikkan suhu 1
kg zat sebesar 1 derajat celcius. Alat yang digunakan untuk menentukan besar
kalor jenis adalah kalorimeter.
c = Q / m.( t2-t1 )
Bila kedua
persamaan tersebut dihubungkan maka terbentuk persamaan baru yaitu:
H = m .c
2.4.2
KONVEKSI
Konveksi adalah perpindahan kalor pada suatu zat yang disertai perpindahan
partikel - partikel zat tersebut. Konveksi terjadi karena perbedaan massa jenis
zat. yang termasuk kedalam peristiwa
secara konveksi yaitu :
1.
Pada
zat cair karena perbedaan massa jenis zat, misal system pemanasan air, sistem aliran air panas.
2.4.3
PEMUAIAN
Pemuaian adalah proses bertambahnya ukuran suatu benda dikarenakan adanya
perubahan suhu. kenaikan suhu ditandai dengan perubahan ukuran benda tersebut.
Dalam perubahan suhu yang relatif kecil, pemuaian termal bersifat linear.
Pemuaian
dikelompokan menjadi 3 yaitu :
1. Pemuaian Panjang
Yaitu : proses bertambahnya
panjang suatu benda dikarenakan perubahan suhu. suatu batang yang panjang
awalnya L0 sehingga
suhunya bertambah sebesar ▲T. Pemuaian batang hanya dianggap ke arah panjang
batang. pemuaian ini sering disebut dengan pemuaian liniear, yaitu dengan
mengabaikan pemuaian ke arah radial.
2. Pemuaian Luas
yaitu proses bertambahnya luas
suatu benda dikarenakan perubahan suhu, suatu benda tipis berbentuk luasan
tertentu dengan panjang dan lebarnya L0, dipanaskan sehingga suhu benda bertambah dari T
menjadi T + ▲T.
3. Pemuaian Volume
yaitu proses bertambahnya
volume suatu benda dikarenakan perubahan suhu, jika suatu benda berbentuk kubus
dengan ukuran sisinya L0 dipanaskan sehingga suhunya bertambah sebesar ▲T.
BAB 111
METODOLOGI PENELITIAN
3.1
Metode Penelitian
Metode yang digunakan oleh penulis untuk meneliti yaitu :
3.1.1
Metode
Eksperimen, yaitu Metode Penelitian yang digunakan dengan cara menguji atau
mempraktikan suatu hal untuk mendapatkan suatu jawaban dari suatu permasalahan.
3.1.2
Metode
Literatur, yaitu Mempelajari buku-buku acuan guna mendapatkan informasi
teoritis dan relevan dengan masalah yang diteliti.
3.1.3
Metode
Observasi, yaitu Proses Pengamatan dengan menggunakan mata secara langsung.
3.2
Populasi dan Sampel
3.2.1
Populasi
Adapun pada proses penelitian
penulis menyertakan beberapa populasi yaitu :
1.
Pita
Magnesium
2.
Pupuk
Urea
3.
Gelas
Reaksi
4.
Termometer
5.
Larutan
HCl
6.
Air
7.
Penggaris
3.2.2
Sampel
Adapun pada proses penelitian
penulis menyertakan sampel yaitu :
1.
Paku
3.3
Instrument penelitian
Pada proses
penelitian ini penulis menggunakan beberapa instrument yaitu :
1.
Larutan
HCl = 1 M, 36 gr
2.
Pita
Magnesium = 1 M, 1 cm
3.
Air
= 100 ml
4.
Pupuk
Urea = Secukupnya
5.
Paku
= 2 buah, 2,8 cm
6.
Gelas
Reaksi = 2 buah
7.
Termometer
= 2 buah
8.
Penggaris
= 2 buah
3.4
Penggunaan Instrument Penelitian
Pada
proses penelitian ini penulis mengungkapkan
beberapa cara penggunaan
instrument penelitian yaitu :
1.
Larutan
HCl digunakan sebagai pembatas objek yang akan diteliti.
2.
Pita
Magnesium digunakan sebagai media
campuran dengan Larutan HCl.
3. Air
digunakan sebagai media campuran dengan Pupuk Urea.
4.
Pupuk
Urea digunakan sebagai pembatas objek yang akan diteliti.
5.
Paku
digunakan sebagai objek yang akan diteliti.
6.
Gelas
Reaksi digunakan sebagai alat yang akan menampung objek dalam proses
penelitian.
7.
Termometer
digunakan sebagai alat untuk mengukur suhu Paku.
8. Penggaris digunakan sebagai alat pengukur
panjang Paku.
3.5
Langkah Kerja
Pada proses Penelitian Penulis menyertakan
beberapa langkah kerja yaitu :
1.
Siapkan
Alat dan Bahan.
2.
Campurkan
Larutan HCl dengan Pita Magnesium dan catat suhu awal dan akhir Larutan HCl.
3.
Setelah
bereaksi campurkan dengan Paku, catat suhu awal dan panjang Paku.
4.
Catat
perubahan apa saja yang terjadi pada Reaksi tersebut.
5. Campurkan
air dengan Pupuk Urea, catat suhu awal air.
6.
Setelah
bereaksi campurkan dengan paku, catat suhu awal dan panjang awal paku.
7.
Catat
perubahan apasaja yang terjadi pada saat bereaksi.
8
Tuliskan
hasilnya pada tabel pengamatan.
BAB IV
PEMBAHASAN DAN PENELITIAN
Berdasarkan Hasil Percobaan yang dilakukan
oleh Penulis adalah sebagai berikut:
Dilihat dari tabel di bawah maka Pengaruh
Termodinamika terhadap Besi yaitu dapat mengubah ukuran Besi sebesar 0,05 Cm
dan 0,03 Cm sehingga terjadi Pemuaian, dapat menaikan suhu besi sebesar 1°C dan
menurunkan suhu Besi sebesar 0,6 °C, dapat menerima kalor sebanyak 5,5 J dan
melepaskan Kalor sebanyak 3,3 J dari Besi, dapat mengubah warna Besi menjadi
agak berwarna hitam, dapat menimbulkan gelembung-gelembung pada Besi.
4.1
Tabel Pengamatan Reaksi Endoterm
NO
|
Uraian
|
Pengamatan Awal
|
Perubahan setelah Bereaksi
|
1
|
Urea
|
· Berbentuk bulat
· Berbentuk Padat
· Berwarna Ping
|
· Berwarna Putih
· Berwujud cair
|
2
|
Air
|
· Tidak Berwarna
· Berwujud Cair
|
· Agak Berwarna Ping
· Berwujud Cair
|
3
|
Suhu air
|
· 26 °C
|
·
24,5
°C
|
4
|
Suhu saat proses pelarutan
|
· 24,5 °C
|
· 24,5 °C
|
4.2
Tabel Pengamatan Reaksi Eksoterm
NO
|
Uraian
|
Pengamatan Awal
|
Perubahan setelah Bereaksi
|
1
|
Pita Magnesium
|
· Berwarna Abu
· Berwujud Padat
· Sifat Unsur Alkali tahah
|
· PitaMagnesium
lenyap
·
Berwujud
Cair
|
2
|
HCl
|
· Tidak Berwarna
· Berwujud cair
|
· Tidak Berwarna
· Berwujud Cair
|
3
|
Suhu HCl
|
· 22 °C
|
·
27 °C
|
4
|
Suhu saat Bereaksi
|
· 27 °C
|
· 27 °C
|
4.3
Tabel Pengamatan Reaksi Endoterm dengan
Besi
NO
|
Uraian
|
Pengamatan Awal
|
Perubahan setelah Bereaksi
|
1
|
CO( NH2 )2(L)
|
· Agak Berwarna Ping
· Berwujud Cair
|
· Agak Berwarna Ping
· Berwujud Cair
|
2
|
Besi ( Paku )
|
·
Berwujud
Padat
·
Berbentuk
Panjang
·
Berwarna
Putih
|
·
Berwarna
Putih
·
Panjangnya
Berkurang sebesar 0,03 Cm
·
Kalor
yang dilepas 3,3 J
|
3
|
Suhu CO(NH2)2(L)
|
· 24,5 °C
|
· 25,9°C
|
4
|
Suhu pada Besi
|
· 26,5 °C
|
· 25,9°C
|
5
|
Suhu saat bereaksi
|
· 25,9°C
|
· 25,9°C
|
Keterangan :
Pada Reaksi Endoterm ──−> Q = m.c.▲T
atau ──−>
Q = C.▲T
Q = 5,5 J/°C . 0,6 °C
Q = 3,3 J
Maka Kalor yang dilepas oleh Besi
sebesar 3,3 J, dengan Penurunan Suhu sebesar 0,6 °C dan Panjangnya berkurang
0,03 Cm.
4.4
Tabel Pengamatan Reaksi Eksoterm
NO
|
Uraian
|
Pengamatan Awal
|
Perubahan setelah Bereaksi
|
1
|
MgCl2 + H2
|
· Tidak Berwarna
· Berwujud Cair
|
· Terdapat Gelembung
· Tetap Berwarna Putih
|
2
|
Besi ( Paku )
|
·
Berwujud
Padat
·
Berbentuk
Panjang
·
Berwarna
Putih
|
·
Berwarna
Putih
·
Panjangnya
Bertambah sebesar 0,05 Cm
·
Kalor
yang diterima 5,5J
|
3
|
Suhu
|
· 27
°C
|
· 27
°C
|
4
|
Suhu pada Besi
|
· 26
°C
|
· 27
°C
|
5
|
Suhu saat bereaksi
|
· 27
°C
|
· 27
°C
|
Keterangan :
Pada Reaksi Endoterm ──−> Q = m.c.▲T
atau ──−>
Q = C.▲T
Q = 5,5 J/°C . 1 °C
Q = 5,5 J
Maka Kalor yang diterima oleh Besi
sebesar 5,5 J, dengan kenaikan Suhu sebesar 1 °C dan Panjangnya bertambah 0,05
Cm.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
KESIMPULAN
Dari hasil
penelitian dan pembahasan, penulis dapat menyimpulkan beberapa hal yaitu:
1. Pengaruh Termodinamika terhadap Besi yaitu
dapat mengubah ukuran Besi sehingga terjadi Pemuaian, dapat menaikan dan
menurunkan suhu Besi, dapat menerima dan melepaskan Kalor pada Besi, dapat mengubah
warna Besi, dapat menimbulkan gelembung-gelembung pada Besi.
2. Pada Reaksi Eksoterm Kalor yang diterima
oleh Besi yaitu sebesar 5,5 J sehingga dapat menaikan suhu sebesar 1°C , pada
Reaksi Endoterm kalor yang dilepas oleh Besi sebesar 3,3 J dengan penurunan
suhu 0,6°C.
3. Pada Reaksi Eksoterm pada Besi terjadi
pemuaian dengan pertambahan panjang yaitu sebesar 0,05 cm, dengan panjang awal
2,8 cm menjadi 2,85 cm. Pada Reaksi Endoterm pada Besi terjadi pemuaian dengan
penurunan panjang sebesar 0,03 cm dengan panjang awal 2,8 cm menjadi 2,77 cm.
5.2
SARAN
Berdasarkan
hasil dan kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan, maka Penulis menyarankan hal-hal berikut :
1. Apabila Masyarakat ingin menambah ukuran
suatu benda khususnya Besi maka gunakanlah Reaksi eksoterm dengan suhu yang
tinggi.
2. Apabila Masyarakat ingin lebih jauh lagi
mengetahui pengaruh Termodinamika terhadap Besi maka lakukanlah percobaan
dengan berulang-ulang supaya data yang didapatkan akan lebih akurat.
DAFTAR PUSTAKA
Suharsini,
maria. Dyah saptarini. 2007. Kimia dan Kecakapan Hidup. Jakarta. Ganeca exact.
Sugiharti,
ugik. 2007. Kimia. Jl deponegoro No 164 Kartasura Sukaharjo 57166.
willian.
Haryadi,
bambang. 2009. Fisika. Jakarta. Pusat perbukuan
Karyono. Dkk.
2009. Fisika Jilid 1. Jakarta. Pusat perbukuan.
Justiana, sandri. Muchtaridi. 2010. Kimia 2. Jakarta. Bilingual.
Utami,
budi. DKK. 2009. Kimia 2. Jakarta. Pusat perbukuan.
Http ://www.Temodinamika.
Ratna, Dkk. 21-04-2009.
Atkins, P.W. 2006. Kimia Fisika Jilid I Edisi ke Empat.
Jakarta : Erlangga
No comments:
Post a Comment