Tuesday, 26 June 2012

KTI CEPY


BAB 1

PENDAHULUAN


1.1  Latar Belakang
        Sungguh besar keagungan Allah swt yang telah menciptakan alam semesta  ini beserta isi dan rahasia-rahasia yang ada didalamya. Alam semesta ini diciptakan beserta segala isinya terdapat banyak manfaat dan kerugiannya.
               Di dalam kehidupan ini, terdapat banyak penomena-penomena yang terjadi. Oleh karena itu penulis menoba untuk meneliti bagaimanakah pengaruh yang ditimbulkan oleh termodinamika terhadap besi.
              Termodinamika dapat didefinisikan sebagai bagian Ilmu Kimia / Fisika yang mempelajari dinamika atau perubahan Reaksi Kimia dengan mengamati panas / termal nya saja. Salah satu terapan ilmu ini dalam kehidupan sehari-hari ialah reaksi kimia dalam tubuh kita dimana produksi dari energi-energi yang dibutuhkan atau dikeluarkan untuk semua tugas yang kita lakukan. Pembakaran dari bahan bakar seperti minyak dan batu bara dipakai untuk pembangkit listrik. Bensin yang dibakar dalam mesin mobil akan menghasilkan kekuatan yang menyebabkan mobil berjalan. Bila kita mempunyai kompor gas berarti kita membakar gas metan (komponen utama dari gas alam) yang menghasilkan panas untuk memasak. Dan melalui urutan reaksi yang disebut metabolisme, makanan yang dimakan akan menghasilkan energi yang kita perlukan untuk tubuh agar berfungsi.
              Energi merupakan sumber esensial bagi kehidupan manusia serta makhluk hidup lainnya. Setiap materi mengandung energi dalam bentuk energi potensial dan energi kinetik. Kedua energi ini dinamakan Energi Internal. Jika energi yang terkandung dalam materi berubah maka perubahan Energi dinamakan Kalor

              Kalor merupakan energi panas yang dimiliki oleh setiap zat. Untuk mendeteksi adanya kalor dalam suatu zat yaitu dengan mengukur suhu benda tersebut. Jika suhunya sangat tinggi maka Kalor yang dimilikinya sangat besar sedangkan jika suhunya rendah maka Kalor yang dimilikinya sangat sedikit.
  
        Dalam termodinamika terdapat suatu hukum yaitu Hukum 1 Termodinamika yang di cetuskan oleh Rudolf Julius Clausius dari jeman pada tahun 1850. Ia menyatakan bahwa Hukum 1 Termodinamika berkaitan dengan Hukum Kekekalan energi. Hukum 1 Termodinamika yang berbunyi ” Bahwa untuk setiap proses, apabila Kalor ditambahkan kedalam sistem dan sistem melakukan kerja, maka akan terjadi perubahan Energi. Hukum 1 Termodinamika menyatakan adanya Konsef Kekekalan energi. Sedangkan Hukum Kekekalan energi berbunyi ” Energi tidak dapat diciptakan dan tidak dapat dimusnahkan tetapi dapat diubah dari satu bentuk ke bentuk lain ”. Maka dari dasar pernyataan tersebut Penulis ingin mengetahui pengaruh yang ditimbulkan oleh Termodinamika terhadap besi.

1.2  Rumusan Masalah
        Berdasarkan Latar Belakang diatas, Penulis mengidentifikasi beberapa    permasalahan sebagai berikut :
1.      Bagaimana Pengaruh Termodinamika terhadap Besi?
2.      Berapa Kalor yang dihisap dan dilepas oleh Besi?
3.      Apakah pada Besi terjadi Pemuaian?

1.3  Tujuan Penelitian
              Adapun Tujuan dari penelitian ini yaitu :
1.      Untuk Mengetahui Bagaimanakah Reaksi yang terjadi.
2.      Untuk Berapa Kalor yang dihisap dan dilepas oleh Besi.
3.      Untuk Mengetahui apakah terjadi Pemuian terhadap Besi.


1.4  Manfaat Penelitian
              Adapun Manfaat dari penelitian ini yaitu :
1.      Untuk Menambah Pengetahuan dan Wawasan.
2.      Dapat Mengetahui Perubahan-Perubahan yang Terjadi pada Besi.
3.      Dapat Mengetahui proses Terjadinya Pemuaian pada Besi.


1.5  Metode Penelitian
        Metode Penelitian yang digunakan pada pembuatan Karya Tulis ini adalah sebagai berikut :
1.      Metode Eksperimen, yaitu metode penelitian yang digunakan dengan cara menguji atau mempraktikan suatu hal untuk mendapatkan jawaban dari suatu permasalahan.
2.      Metode Literatur, yaitu mempelajari buku-buku acuan guna mendapatkan informasi teoritis dan relevan dengan masalah yang diteliti.
3.      Metode Observasi, yaitu proses pengamatan dengan menggunakan mata secara langsung.













1.6  Sistematika Penulisan
        Sistematika Penulisan yang digunakan pada pembuatan Karya Tulis ini adalah   sebagai berikut :
BAB I : PENDAHULUAN, Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan  Penelitian, Manfaat Penelitian, Metode Penelitian, Sistematika Penulisan.
BAB II : KAJIAN TEORI, Pengertian Termodinamika, Reaksi Eksoterm dan Reaksi endoterm, Pengertian Reaksi Eksoterm, Pengertian  Reaksi  Endoterm, Pengertian Besi, Kalor, Pengertian Kalor, Konveksi, Pemuaian.
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN, Metode Penelitian, Metode Literatur, Metode  Eksperimen, Metode Observasi, Populasi dan Sampel,  Populasi, Sampel, Instrument Penelitian, Penggunaan  Instrument Penelitian, Langkah Kerja.
BAB IV : HASIL PENELITIAN, Tabel Pengamatan Reaksi Endoterm, Tabel Pengamatan Reaksi Eksoterm, Tabel Pengamatan Reaksi Endoterm dengan Paku, Tabel Pengamatan Reaksi Eksoterm dengan Paku.
BAB V :    KESIMPULAN DAN SARAN, Kesimpulan, Saran.











BAB 11

KAJIAN TEORI


2.1  Pengertian Termodinamika
       Termodinamika dapat didefinisikan sebagai bagian ilmu kimia / fisika yang mempelajari dinamika atau perubahan reaksi kimia dengan mengamati panas / termal nya saja. Salah satu terapan ilmu ini dalam kehidupan sehari-hari ialah Reaksi kimia dalam tubuh kita dimana produksi dari energi-energi yang dibutuhkan atau dikeluarkan untuk semua tugas yang kita lakukan. Pembakaran dari bahan bakar seperti minyak dan batu bara dipakai untuk pembangkit listrik. Bensin yang dibakar dalam mesin mobil akan menghasilkan kekuatan yang menyebabkan mobil berjalan. Bila kita mempunyai kompor gas berarti kita membakar gas metan (komponen utama dari gas alam) yang menghasilkan panas untuk memasak. Dan melalui urutan reaksi yang disebut metabolisme, makanan yang dimakan akan menghasilkan energi yang kita perlukan untuk tubuh agar berfungsi.
  Dalam termodinamika terdapat suatu hukum yaitu Hukum 1 Termodinamika yang di cetuskan oleh Rudolf Julius Clausius dari jeman pada tahun 1850. Ia menyatakan bahwa Hukum 1 Termodinamika berkaitan dengan Hukum Kekekalan energi. Hukum 1 termodinamika yang berbunyi ” Bahwa untuk setiap proses, apabila kalor ditambahkan kedalam sistem dan sistem melakukan kerja, maka akan terjadi perubahan energi.
        Hukum 1 Termodinamika menyatakan adanya konsef Kekekalan Energi. Sedangkan Hukum Kekekalan Energi berbunyi ” Energi tidak dapat diciptakan dan tidak dapat dimusnahkan tetapi dapat diubah dari satu bentuk ke bentuk  lain”.



2.2  Reaksi Eksoterm dan Raksi Endoterm

2.2.1  Pengertian Reaksi Eksoterm
Reaksi Eksoterm adalah Reaksi yang pada saat berlangsung disertai dengan pelepasan kalor atau panas. Pada Reaksi Eksoterm harga ▲H = - (negatif).

      Ciri-ciri Reaksi Eksoterm yaitu
·               Reaksi yang membebaskan kalor
·               Suhu sistem > suhu lingkungan
·               Kalor berpindah dari sistem ke lingkungan
·               Disertai kenaikan suhu
·               Contoh :
      C ( s ) + O2  ( g ) ──−> CO2         + 393,5 KJ
      ▲H = - 393,5 KJ

2.2.2  Pengertian Reaksi Endoterm
Reaksi Endoterm adalah Reaksi yang saat berlangsung membutuhkan panas atau kalor. Pada Reaksi Endoterm harga ▲H = + ( positif )
      Ciri-ciri Reaksi Endoterm yaitu
·         Reaksi yang membutuhkan kalor
·         Suhu sistem < dari suhu lingkungan
·         Kalor berpindah dari sistem ke lingkungan
·         Disertai penurunan suhu
·         Contoh :
CO ( NH2 ) ──−> CO ( NH2 ) ( aq )       - 400 KJ
▲H =  +  400 KJ



2.3  Pengertian Besi

        Besi adalah logam yang berasal dari bijih besi (tambang) yang banyak digunakan untukkehidupan manusia sehari-hari. Dalam tabel periodik, besi mempunyai simbol Fe dan nomor atom 26. Besi juga mempunyai nilai ekonomis yang tinggi.
        Besi adalah logam yang paling banyak dan paling beragam penggunaannya.Hal itu karena beberapa hal, diantaranya:
·   Kelimpahan besi di kulit bumi cukup besar.
·   Pengolahannya relatif mudah dan murah, dan
·   Besi mempunyai sifat-sifat yang menguntungkan dan mudah           dimodifikasi.
  Salah satu kelemahan besi adalah mudah mengalami Korosi. Korosi menimbulkan banyak kerugian karena mengurangi umur pakai berbagai barang atau bangunan yang menggunakan besi atau baja. Sebenarnya korosi dapat dicegah dengan mengubah besi menjadi baja tahan karat (stainless steel), akan tetapi proses ini terlalu mahal untuk kebanyakan penggunaan besi
  Korosi besi memerlukan oksigen dan air. Berbagai jenis logam contohnya Zink dan Magnesium dapat melindungi besi dari korosi. Cara-cara pencegahan korosi besi yang akan dibahas berikut ini didasarkan pada dua sifat tersebut.
1.                  Pengecatan. Jembatan, pagar, dan railing biasanya dicat. Cat menghindarkan kontak dengan udara dan air. Cat yang mengandung timbel dan zink (seng) akan lebih baik, karena keduanya melindungi besi terhadap korosi.
2.                  Pelumuran dengan Oli atau Gemuk. Cara ini diterapkan untuk berbagai perkakas dan mesin. Oli dan gemuk mencegah kontak dengan air.
3.                  Pembalutan dengan Plastik. Berbagai macam barang, misalnya rak piring dan keranjang sepeda dibalut dengan plastik. Plastik mencegah kontak dengan udara dan air.
4.                  Tin Plating (pelapisan dengan timah). Kaleng-kaleng kemasan terbuat dari besi yang dilapisi dengan timah. Pelapisan dilakukan secara elektrolisis, yang disebut tin plating. Timah tergolong logam yang tahan karat. Akan tetapi, lapisan timah hanya melindungi besi selama lapisan itu utuh (tanpa cacat). Apabila lapisan timah ada yang rusak, misalnya tergores, maka timah justru mendorong/mempercepat korosi besi. Hal itu terjadi karena potensial reduksi besi lebih negatif daripada timah. Oleh karena itu, besi yang dilapisi dengan timah akan membentuk suatu sel elektrokimia dengan besi sebagai anode. Dengan demikian, timah mendorong korosi besi. Akan tetapi hal ini justru yang diharapkan, sehingga kaleng-kaleng bekas cepat hancur.
5.                  Galvanisasi (pelapisan dengan Zink). Pipa besi, tiang telepon dan berbagai barang lain dilapisi dengan zink. Berbeda dengan timah, zink dapat melindungi besi dari korosi sekalipun lapisannya tidak utuh. Hal ini terjadi karena suatu mekanisme yang disebut perlindungan katode. Oleh karena potensial reduksi besi lebih positif daripada zink, maka besi yang kontak dengan zink akan membentuk sel elektrokimia dengan besi sebagai katode. Dengan demikian besi terlindungi dan zink yang mengalami oksidasi (berkarat). Badan mobil-mobil baru pada umumnya telah digalvanisasi, sehingga tahan karat.
6.                  Cromium Plating (pelapisan dengan kromium). Besi atau baja juga dapat dilapisi dengan kromium untuk memberi lapisan pelindung yang mengkilap, misalnya untuk bumper mobil. Cromium plating juga dilakukan dengan elektrolisis. Sama seperti zink, kromium dapat memberi perlindungan sekalipun lapisan kromium itu ada yang rusak.
7.                  Sacrificial Protection (pengorbanan anode). Magnesium adalah logam yang jauh lebih aktif (berarti lebih mudah berkarat) daripada besi. Jika logam magnesium dikontakkan dengan besi, maka magnesium itu akan berkarat tetapi besi tidak. Cara ini digunakan untuk melindungi pipa baja yang ditanam dalam tanah atau badan kapal laut. Secara periodik, batang magnesium harus diganti.

2.4  Kalor
2.4.1  Pengertian Kalor
      Kalor didefinisikan sebagai energi panas yang dimiliki oleh suatu zat. Secara  umum untuk mendeteksi adanya kalor yang dimiliki oleh suatu benda yaitu dengan mengukur suhu benda tersebut. Jika suhunya tinggi maka kalor yang dikandung oleh benda sangat besar, begitu juga sebaliknya jika suhunya rendah maka kalor yang dikandung sedikit.
Dari hasil percobaan yang sering dilakukan besar kecilnya kalor yang dibutuhkan suatu benda( zat ) bergantung pada 3 faktor yaitu:
·   Massa Zat
·   Jenis Zat (Kalor Jenis)
·   Perubahan Suhu

Kalor dapat dibagi menjadi 2 jenis
1.      Kalor yang digunakan untuk menaikkan suhu.
2.   Kalor yang digunakan untuk mengubah wujud (kalor laten).
Persamaan yang digunakan dalam kalor laten ada dua macam Q = m.U dan Q = m.L. Dengan U adalah kalor uap (J/kg) dan L adalah kalor lebur (J/kg).
      Dalam pembahasan kalor ada dua kosep yang hampir sama tetapi berbeda yaitu kapasitas kalor (H) dan kalor jenis (c).Kapasitas kalor adalah banyaknya kalor yang diperlukan untuk menaikkan suhu benda sebesar 1 derajat celcius.
H = Q / ( t2-t1 )
Kalor jenis adalah banyaknya kalor yang dibutuhkan untuk menaikkan suhu 1 kg zat sebesar 1 derajat celcius. Alat yang digunakan untuk menentukan besar kalor jenis adalah kalorimeter.
c = Q / m.( t2-t1 )
Bila kedua persamaan tersebut dihubungkan maka terbentuk persamaan baru yaitu:
H = m .c


2.4.2  KONVEKSI
Konveksi adalah perpindahan kalor pada suatu zat yang disertai perpindahan partikel - partikel zat tersebut. Konveksi terjadi karena perbedaan massa jenis zat. yang termasuk kedalam   peristiwa secara  konveksi yaitu :
1.      Pada zat cair karena perbedaan massa jenis zat, misal system     pemanasan air, sistem aliran air panas.







2.4.3  PEMUAIAN
Pemuaian adalah proses bertambahnya ukuran suatu benda dikarenakan adanya perubahan suhu. kenaikan suhu ditandai dengan perubahan ukuran benda tersebut. Dalam perubahan suhu yang relatif kecil, pemuaian termal bersifat linear.

Pemuaian dikelompokan menjadi 3 yaitu :

1. Pemuaian Panjang
Yaitu : proses bertambahnya panjang suatu benda dikarenakan perubahan suhu. suatu batang yang panjang awalnya L0 sehingga suhunya bertambah sebesar ▲T. Pemuaian batang hanya dianggap ke arah panjang batang. pemuaian ini sering disebut dengan pemuaian liniear, yaitu dengan mengabaikan pemuaian ke arah radial.
2. Pemuaian Luas
yaitu proses bertambahnya luas suatu benda dikarenakan perubahan suhu, suatu benda tipis berbentuk luasan tertentu dengan panjang dan lebarnya L0, dipanaskan sehingga suhu benda bertambah dari T menjadi T + ▲T.
3. Pemuaian Volume
yaitu proses bertambahnya volume suatu benda dikarenakan perubahan suhu, jika suatu benda berbentuk kubus dengan ukuran sisinya L0 dipanaskan sehingga suhunya bertambah sebesar  ▲T.






BAB 111

METODOLOGI PENELITIAN


3.1  Metode Penelitian
              Metode yang digunakan oleh penulis untuk meneliti yaitu :
3.1.1  Metode Eksperimen, yaitu Metode Penelitian yang digunakan dengan cara menguji atau mempraktikan suatu hal untuk mendapatkan suatu jawaban dari suatu permasalahan.
3.1.2  Metode Literatur, yaitu Mempelajari buku-buku acuan guna mendapatkan informasi teoritis dan relevan dengan masalah yang diteliti.
3.1.3  Metode Observasi, yaitu Proses Pengamatan dengan menggunakan mata secara langsung.


3.2  Populasi dan Sampel

3.2.1  Populasi
      Adapun pada proses penelitian penulis menyertakan beberapa populasi yaitu :
1.      Pita Magnesium
2.      Pupuk Urea
3.      Gelas Reaksi
4.      Termometer
5.      Larutan HCl
6.      Air
7.      Penggaris


3.2.2  Sampel
               Adapun pada proses penelitian penulis menyertakan sampel yaitu :
1.      Paku

3.3  Instrument penelitian
  Pada proses penelitian ini penulis menggunakan beberapa instrument yaitu :
1.      Larutan HCl = 1 M, 36 gr
2.      Pita Magnesium = 1 M, 1 cm
3.      Air = 100 ml
4.      Pupuk Urea = Secukupnya
5.      Paku = 2 buah, 2,8 cm
6.      Gelas Reaksi = 2 buah
7.      Termometer = 2 buah
8.      Penggaris = 2 buah

3.4  Penggunaan Instrument Penelitian
        Pada proses penelitian ini penulis mengungkapkan  beberapa cara penggunaan  instrument penelitian yaitu :
1.      Larutan HCl digunakan sebagai pembatas objek yang akan diteliti.
2.      Pita Magnesium digunakan  sebagai media campuran dengan Larutan HCl.
3.      Air digunakan sebagai media campuran dengan Pupuk Urea.
4.      Pupuk Urea digunakan sebagai pembatas objek yang akan diteliti.
5.      Paku digunakan sebagai objek yang akan diteliti.
6.      Gelas Reaksi digunakan sebagai alat yang akan menampung objek dalam proses penelitian.
7.      Termometer digunakan sebagai alat untuk mengukur suhu Paku.
8.   Penggaris digunakan sebagai alat pengukur panjang Paku.


3.5  Langkah Kerja
        Pada proses Penelitian Penulis menyertakan beberapa langkah kerja  yaitu :
1.      Siapkan Alat dan Bahan.
2.      Campurkan Larutan HCl dengan Pita Magnesium dan catat suhu awal dan akhir Larutan HCl.
3.      Setelah bereaksi campurkan dengan Paku, catat suhu awal dan panjang Paku.
4.      Catat perubahan apa saja yang terjadi pada Reaksi tersebut.
5.      Campurkan air dengan Pupuk Urea, catat suhu awal air.
6.      Setelah bereaksi campurkan dengan paku, catat suhu awal dan panjang awal paku.
7.      Catat perubahan apasaja yang terjadi pada saat bereaksi.
8        Tuliskan hasilnya pada tabel pengamatan.

















BAB IV

PEMBAHASAN DAN PENELITIAN

      Berdasarkan Hasil Percobaan yang dilakukan oleh Penulis adalah sebagai         berikut:

      Dilihat dari tabel di bawah maka Pengaruh Termodinamika terhadap Besi yaitu dapat mengubah ukuran Besi sebesar 0,05 Cm dan 0,03 Cm sehingga terjadi Pemuaian, dapat menaikan suhu besi sebesar 1°C dan menurunkan suhu Besi sebesar 0,6 °C, dapat menerima kalor sebanyak 5,5 J dan melepaskan Kalor sebanyak 3,3 J dari Besi, dapat mengubah warna Besi menjadi agak berwarna hitam, dapat menimbulkan gelembung-gelembung pada Besi.

4.1  Tabel Pengamatan Reaksi Endoterm
NO
Uraian
Pengamatan Awal
Perubahan setelah Bereaksi
1
Urea
·   Berbentuk bulat
·   Berbentuk Padat
·   Berwarna Ping
·       Berwarna Putih
·       Berwujud cair
2
Air
·   Tidak Berwarna
·   Berwujud Cair
·      Agak Berwarna Ping
·   Berwujud Cair
3
Suhu air
·   26 °C
·         24,5 °C
4
Suhu saat proses pelarutan
·   24,5 °C
·      24,5 °C



4.2  Tabel Pengamatan Reaksi Eksoterm
NO
Uraian
Pengamatan Awal
Perubahan setelah Bereaksi
1
Pita Magnesium
·   Berwarna Abu
·   Berwujud Padat
·   Sifat Unsur Alkali tahah
·       PitaMagnesium lenyap
·         Berwujud Cair
2
HCl
·   Tidak Berwarna
·   Berwujud cair
·   Tidak Berwarna
·   Berwujud Cair  
3
Suhu HCl
·   22 °C
·         27 °C
4
Suhu saat Bereaksi
·   27 °C
·       27 °C

4.3  Tabel Pengamatan Reaksi Endoterm dengan Besi
NO
Uraian
Pengamatan Awal
Perubahan setelah Bereaksi
1
CO( NH2 )2(L)
·   Agak Berwarna Ping
·   Berwujud Cair
·   Agak Berwarna Ping
·   Berwujud Cair
2
Besi ( Paku )
·   Berwujud Padat
·   Berbentuk Panjang
·   Berwarna Putih
·   Berwarna Putih
·   Panjangnya Berkurang sebesar 0,03 Cm
·   Kalor yang dilepas 3,3 J
3
Suhu CO(NH2)2(L)
·   24,5 °C
·   25,9°C
4
Suhu pada Besi
·   26,5 °C
·   25,9°C
5
Suhu saat bereaksi
·   25,9°C
·   25,9°C
Keterangan :
        Pada Reaksi Endoterm  ──−> Q = m.c.▲T
  atau ──−> Q = C.▲T
Q = 5,5 J/°C . 0,6 °C
Q = 3,3 J
  Maka Kalor yang dilepas oleh Besi sebesar 3,3 J, dengan Penurunan Suhu sebesar 0,6 °C dan Panjangnya berkurang 0,03 Cm.

4.4  Tabel Pengamatan Reaksi Eksoterm
NO
Uraian
Pengamatan Awal
Perubahan setelah Bereaksi
1
MgCl2 + H2
·   Tidak Berwarna
·   Berwujud Cair  
·   Terdapat Gelembung
·   Tetap Berwarna Putih
2
Besi ( Paku )
·   Berwujud Padat
·   Berbentuk Panjang
·   Berwarna Putih
·   Berwarna Putih
·   Panjangnya Bertambah sebesar 0,05 Cm
·   Kalor yang diterima 5,5J
3
Suhu
·   27 °C
·   27 °C
4
Suhu pada Besi
·   26 °C
·   27 °C
5
Suhu saat bereaksi
·   27 °C
·   27 °C
Keterangan :
        Pada Reaksi Endoterm  ──−> Q = m.c.▲T
  atau ──−> Q = C.▲T
Q = 5,5 J/°C . 1 °C
Q = 5,5 J
  Maka Kalor yang diterima oleh Besi sebesar 5,5 J, dengan kenaikan Suhu sebesar 1 °C dan Panjangnya bertambah 0,05 Cm.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1  KESIMPULAN
Dari hasil penelitian dan pembahasan, penulis dapat menyimpulkan beberapa  hal     yaitu:
1.      Pengaruh Termodinamika terhadap Besi yaitu dapat mengubah ukuran Besi sehingga terjadi Pemuaian, dapat menaikan dan menurunkan suhu Besi, dapat menerima dan melepaskan Kalor pada Besi, dapat mengubah warna Besi, dapat menimbulkan gelembung-gelembung pada Besi.
2.      Pada Reaksi Eksoterm Kalor yang diterima oleh Besi yaitu sebesar 5,5 J sehingga dapat menaikan suhu sebesar 1°C , pada Reaksi Endoterm kalor yang dilepas oleh Besi sebesar 3,3 J dengan penurunan suhu 0,6°C.
3.      Pada Reaksi Eksoterm pada Besi terjadi pemuaian dengan pertambahan panjang yaitu sebesar 0,05 cm, dengan panjang awal 2,8 cm menjadi 2,85 cm. Pada Reaksi Endoterm pada Besi terjadi pemuaian dengan penurunan panjang sebesar 0,03 cm dengan panjang awal 2,8 cm menjadi 2,77 cm.

5.2  SARAN
Berdasarkan hasil dan kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan,  maka Penulis menyarankan hal-hal berikut :
1.      Apabila Masyarakat ingin menambah ukuran suatu benda khususnya Besi maka gunakanlah Reaksi eksoterm dengan suhu yang tinggi.
2.      Apabila Masyarakat ingin lebih jauh lagi mengetahui pengaruh Termodinamika terhadap Besi maka lakukanlah percobaan dengan berulang-ulang supaya data yang didapatkan akan lebih akurat.
DAFTAR PUSTAKA

Suharsini, maria. Dyah saptarini. 2007. Kimia dan Kecakapan Hidup. Jakarta. Ganeca exact.
Sugiharti, ugik. 2007. Kimia. Jl deponegoro No 164 Kartasura Sukaharjo 57166. willian.
Haryadi, bambang. 2009. Fisika. Jakarta. Pusat perbukuan
Karyono. Dkk. 2009. Fisika Jilid 1. Jakarta. Pusat perbukuan.
Justiana, sandri. Muchtaridi. 2010. Kimia 2. Jakarta. Bilingual.               
Utami, budi. DKK. 2009. Kimia 2. Jakarta. Pusat perbukuan. 
Http ://www.Temodinamika. Ratna, Dkk. 21-04-2009.
Atkins, P.W. 2006. Kimia Fisika Jilid I Edisi ke Empat. Jakarta : Erlangga




                        

No comments:

Post a Comment