Nama
: Cepy Wildan Anwar
Kelas : MKS II A
NIM : 1133070039
Siapa yang menciptakan slogan Bhinneka
Tunggal Ika dan bagaimana Filosofinya bila dilihat dari perspektif sistem
bernegara?
Jawaban :
Menurut
(bambang noorsena, bambangnoorsenacenter.wordpress.com/.21-03-2014) Mpu Tantular
adalah orang yang membuat slogan Bhinneka Tunggal Ika, Filosofinya jika dilihat
dari perspektif sistem bernegara bahwa dalam kehidupan kenegaraan Bhinneka
Tunggal Ika menjiwai kehidupan sosial dan politik yang jauh lebih luas dalam
sebuah Negara. Hal ini terlihat dengan tatanan sistem, politik, budaya dan
hukum. Dalam konteks kemasyarakatan yang majemuk, pancasila tampil sebagai ideologi
yang cemerlang bila dibandingkan dengan bangsa-bangsa lain dalam kehidupan
pergaulatan nasional. Meskipun masalah kehidupan kemajemukan Negara Indonesia
jauh lebih kompleks.[1]
Menurut (bambang noorsena, bambangnoorsenacenter.wordpress.com/.
21-03-2014) Mpu Tantular tidak hanya meletakan landasan politis cara menghadapi
konsep pluralisme agama yang ada pada masyarakat, tetapi landasan teologi
kerukunan pun sudah dia kembangkan. Bineka tunggal ika bukan hanya tercermin
pada sistem politik kenegaraan tetapi tercermin juga pada sistem politik hukum
yang tidak didasarkan mentah-mentah pada hukum manu india. Tetapi telah
dikembangkan pulasuatu hukum nasional yang sesuai dengan warisan budaya bangsa
pada zamannya, misalkan seperti dua kitab dalam sebuah undang-undang dari
kerajaan Majapahit. Kedua kitab undang-undang Majapahit ini sampai sekarang
masih menjadi salah satu sumber rujukan dalam hukum adat bali, termasuk dari
kitab-kitab catur agama.[2]
Beberapa kompalasi hukum yang
berlaku pada masa prakolonial seperti Pepakem Cirebon, Simbur Cahaya, dan
lain-lain, rupanya sudah menganut hukum yang berlaku pada zaman Majapahit.
Seperti yang telah disebutkan dalam kitab dua undang-undang digamma, pada zaman
kerajaan Majapahit penegakan hukum yang transparan dilakukan dengan
digambarkannya “Dewan Hakim Tujuh” yang tugasnya menyidangkan suatu perkara
dibawah pohon (lambing pangoyaman) dan perkara tersebut disaksikan oleh banyak
orang dan orang tersebut yang akan menjadi saksi atas perkara tersebut.[3]
Menurut (Soeprapto, lppkb.wordpress.com.Empat-pilar-kehidupan-berbangsa-dan-bernegara)
Dalam mengelola kemajemukan masyarakat Indonesia, jadi pada waktu itu Indonesia
memilih model kerajaan seperti Majapahit dan Sriwijaya dan tidak memilih
Negara-negara agama seperti, demak, pajang, mataram, ternate, tidore dan
lain-lain. Selanjutnya semboyan yang akan dicantumkan pada lambang Negara
adalah semboyan bhinneka tunggal ika ( berbeda-beda tetapi satu tujuan).
Ungkapan tersebut dijadikan Negara dalam mengelola warisan kebudayaan
kemajemukan agama-agama dizamannya, yang kemudian diangkat kembali oleh para
pendiri Indonesia untuk menjawab permasalahan kemajemukan bangsa Indonesia yang
modern dan yang jauh lebih kompleks.[4]
Dari redaksi tersebut, maka saya
dapat menyimpulkan bahwa filosofi Mpu Tantular bila dilihat dari perspektif
sistem bernegara adalah dalam kehidupan bernegara bhinneka tunggal ika sangat
menjiwai kehidupan sosial politik sebuah Negara, dan tercermin juga dalam
sistem hukum yang tidak tercermin dalam hukum dasar manu india. Dalam mengelola
kemajemukan masyarakat Indonesia memilih kerajaan hindu dan selanjutnya
menyantumkan lambang bhinneka tunggal ika pada lambang Negara sebagai bentuk
mengelola warisan kebudayaan.
No comments:
Post a Comment