Saturday, 15 November 2014

pkn

Nama : Cepy Wildan Anwar
Kelas : MKS II A
NIM : 1133070039

Siapa yang menciptakan slogan Bhinneka Tunggal Ika dan bagaimana Filosofinya bila dilihat dari perspektif sistem bernegara?

Jawaban :
      Menurut (bambang noorsena, bambangnoorsenacenter.wordpress.com/.21-03-2014) Mpu Tantular adalah orang yang membuat slogan Bhinneka Tunggal Ika, Filosofinya jika dilihat dari perspektif sistem bernegara bahwa dalam kehidupan kenegaraan Bhinneka Tunggal Ika menjiwai kehidupan sosial dan politik yang jauh lebih luas dalam sebuah Negara. Hal ini terlihat dengan tatanan sistem, politik, budaya dan hukum. Dalam konteks kemasyarakatan yang majemuk, pancasila tampil sebagai ideologi yang cemerlang bila dibandingkan dengan bangsa-bangsa lain dalam kehidupan pergaulatan nasional. Meskipun masalah kehidupan kemajemukan Negara Indonesia jauh lebih kompleks.[1]
Menurut (bambang noorsena, bambangnoorsenacenter.wordpress.com/. 21-03-2014) Mpu Tantular tidak hanya meletakan landasan politis cara menghadapi konsep pluralisme agama yang ada pada masyarakat, tetapi landasan teologi kerukunan pun sudah dia kembangkan. Bineka tunggal ika bukan hanya tercermin pada sistem politik kenegaraan tetapi tercermin juga pada sistem politik hukum yang tidak didasarkan mentah-mentah pada hukum manu india. Tetapi telah dikembangkan pulasuatu hukum nasional yang sesuai dengan warisan budaya bangsa pada zamannya, misalkan seperti dua kitab dalam sebuah undang-undang dari kerajaan Majapahit. Kedua kitab undang-undang Majapahit ini sampai sekarang masih menjadi salah satu sumber rujukan dalam hukum adat bali, termasuk dari kitab-kitab catur agama.[2]
Beberapa kompalasi hukum yang berlaku pada masa prakolonial seperti Pepakem Cirebon, Simbur Cahaya, dan lain-lain, rupanya sudah menganut hukum yang berlaku pada zaman Majapahit. Seperti yang telah disebutkan dalam kitab dua undang-undang digamma, pada zaman kerajaan Majapahit penegakan hukum yang transparan dilakukan dengan digambarkannya “Dewan Hakim Tujuh” yang tugasnya menyidangkan suatu perkara dibawah pohon (lambing pangoyaman) dan perkara tersebut disaksikan oleh banyak orang dan orang tersebut yang akan menjadi saksi atas perkara tersebut.[3]

Menurut (Soeprapto, lppkb.wordpress.com.Empat-pilar-kehidupan-berbangsa-dan-bernegara) Dalam mengelola kemajemukan masyarakat Indonesia, jadi pada waktu itu Indonesia memilih model kerajaan seperti Majapahit dan Sriwijaya dan tidak memilih Negara-negara agama seperti, demak, pajang, mataram, ternate, tidore dan lain-lain. Selanjutnya semboyan yang akan dicantumkan pada lambang Negara adalah semboyan bhinneka tunggal ika ( berbeda-beda tetapi satu tujuan). Ungkapan tersebut dijadikan Negara dalam mengelola warisan kebudayaan kemajemukan agama-agama dizamannya, yang kemudian diangkat kembali oleh para pendiri Indonesia untuk menjawab permasalahan kemajemukan bangsa Indonesia yang modern dan yang jauh lebih kompleks.[4]

Dari redaksi tersebut, maka saya dapat menyimpulkan bahwa filosofi Mpu Tantular bila dilihat dari perspektif sistem bernegara adalah dalam kehidupan bernegara bhinneka tunggal ika sangat menjiwai kehidupan sosial politik sebuah Negara, dan tercermin juga dalam sistem hukum yang tidak tercermin dalam hukum dasar manu india. Dalam mengelola kemajemukan masyarakat Indonesia memilih kerajaan hindu dan selanjutnya menyantumkan lambang bhinneka tunggal ika pada lambang Negara sebagai bentuk mengelola warisan kebudayaan.



[1] bambang noorsena, bambangnoorsenacenter.wordpress.com/.21-03-2014

[2] Ibid
[3] Ibid
[4] Soeprapto, lppkb.wordpress.com. Empat-pilar-kehidupan-berbangsa-dan bernegara

No comments:

Post a Comment